Tuesday, November 15, 2005

Semuel Waileruny



Semuel Waileruny salah seorang pemimpin Forum Kedaulatan Maluku. Ia ditahan di penjara Waiheru, Pulau Ambon, dengan dakwaan mempersiapkan upacara penaikan bendera Republik Maluku Selatan pada 25 April 2005. Upacara itu tak sampai terlaksana namun ia didakwa merencanakannya.

Aku sempat melakukan wawancara terhadap Waileruny dalam penjara. Butuh waktu dua hari untuk minta izin wawancara. Mulanya, Yany Kubangun dan Sugiyanto, wartawan harian Ambon Ekspres, mengajak aku ke Kejaksaan Tinggi Maluku. Lalu ke Kejaksaan Negeri Ambon. Butuh waktu sehari menunggu kiri dan kanan. Esoknya, harus minta surat dari Pengadilan Negeri Ambon.

Senang juga bisa wawancara one-on-one dengan Waileruny Sabtu lalu. Seninnya, ia disidang di pengadilan negeri. Aku juga sempat meliput sidang ini. Aku juga sempat berkunjung ke rumahnya di Ambon. Rumah sederhana. Keluarga sederhana. Masuk sebuah gang dekat Hotel Mutiara. Anaknya tiga orang, gadis-gadis kecil, isterinya dosen di Universitas Pattimura.

Juga sempat wawancara beberapa orang tahanan pimpinan Ongen Pattimura. Mereka didakwa membunuh dua orang, yang mereka perkirakan orang Kristen, pada karaoke Villa di Hative Besar. Ongen orangnya ceria. Ia ditahan di Waiheru juga.

Liputan Ambon ini unik sekali. Kota yang pecah dengan garis agama. Islam ... Kristen ... Islam ... Kristen ....

Image hosted by Photobucket.com
Penjara Waiheru

Waileruny mulanya pegawai negeri biasa. Ijasahnya sarjana hukum. Ia suka berorganisasi dan sempat masuk Golongan Karya. Ayahnya petani yang pada 1950an ikut membantu tentara dari Jawa memerangi pasukan Republik Maluku Selatan. Ayahnya jadi penunjuk jalan lalu menerima penghargaan dari Presiden Soekarno.

Perang sektarian di Maluku mendorong Waileruny ikut dalam tim pengacara bentukan Gereja Protestan Maluku. Keterlibatan ini membuat Waileruny belajar sejarah Maluku. Ia mempelajari sejarah Republik Maluku Selatan. Ia pun berubah pikiran. Dia berpendapat Dewan Maluku Selatan sah ketika menyatakan kemerdekaan negara mereka pada 25 April 1950.

Alasannya, mereka melihat gejala-gejala Presiden Sukarno hendak sepihak membatalkan Perjanjian Meja Bundar, yang ditandatangani pada 27 Desember 1949 di Den Haag, dimana Kerajaan Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat (bukan kepada Republik Indonesia, yang wilayahnya waktu itu hanya Jogjakarta). Mereka memutuskan keluar dari Negara Indonesia Timur, dengan ibukota Makassar, dan mendirikan RMS.

NIT adalah negara bagian Republik Indonesia Serikat dengan wilayah paling luas. NIT meliputi Pulau Bali, Pulau Sulawesi, seluruh kepulauan Maluku dan seluruh kepulauan Sunda Kecil. Secara politik dan militer, NIT adalah negara bagian kedua terkuat sesudah Republik Indonesia dengan ibukota Jogjakarta.

Sukarno terbukti membubarkan federasi Indonesia pada 17 Agustus 1950 dan mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan wilayah seluruh Indonesia dan ibukota Jakarta. Mula-mula ada beberapa tokoh Maluku, antara lain, J. Leimena dan Sultan Ternate Jabir Sjah, coba berunding. Namun mereka ditolak mendarat di Ambon. Sukarno pun segera mengirim tentara dari Pulau Jawa untuk melawan RMS. Ribuan pasukan KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger) berada di pihak RMS.

Secara militer, Indonesia mengalahkan RMS, yang lantas membentuk pemerintah di pengasingan di Belanda. RMS terutama didukung 3,578 serdadu KNIL, yang pindah dari Maluku Selatan ke Belanda pada 1951. Jumlahnya sekitar 12,500 bila dihitung dengan anggota keluarga mereka.


Catatan: Ejaan nama Semuel Waileruny sering ditulis dengan versi lain: "Samuel Waileruny" atau "Samuel Weileruny." Versi ini adalah versi yang dikatakannya sesuai dengan keinginannya. Waileruny adalah marga. Ejaan ini dipakai umum dalam marganya.

1 comment:

udin said...

It's a great story.Belum tentu seorang wartawan biasa mampu melakukan liputan seperti ini.Liputaan di daerah konflik dengan isu yang amat sensitif pula. Bisa-bisa bukan malah ia membawa berita, tapi malah dia sendiri yang menjadi obyek berita.Dari padaa mikir panjang ntar pulang tinggal nama, mending batalkan liputan saja. Tapi anda mampu melakukannya. Anda pasti bukan wartawan biasa, but u are extraordinary journalist!