Tuesday, May 29, 2007

Bagimana Batulis Yang Biking Bae?

Workshop Pantau
Ternate, Senin 4 Juni 2007 – Kamis 7 Juni 2007


Ini workshop dibiking untuk orang, termasuk wartawan, yang ingin belajar menulis feature atau esai dengan memikat dan mendalam. Kami merancangnya khusus untuk mereka yang ingin tahu bagimana batulis yang biking bae.

Kursus ini diadakan 12 sesi dengan frekuensi harian (pukul 9.00-16.00). Peserta akan membaca lebih dulu, mengerjakan pekerjaan rumah serta banyak diskusi. Jumlah peserta maksimal 20 orang. Kursus ini ditekankan pada banyak latihan. Ada sesi dimana kelas dibagi dua, masing-masing 10 orang, agar diskusi lebih leluasa.

Setiap hari ada tiga sesi, masing-masing 90 menit, dengan pembagian 9.00-10.30, 11.00-13.30 dan 14.30-16.00. Makan siang diadakan selama satu jam pukul 13.30-14.30.

Workshop ini disponsori Umverteilen Stiftung dari Berlin sehingga peserta bisa ikut dengan gratis. Peserta dipilih dari mereka yang punya bakat menulis serta tinggal di sekitar Ternate, Tobelo, Soasiu, Jailolo, Sanana, Morotai, Bacan, Kao dan sekitarnya. Kami membiayai biaya makan dan akomodasi di Ternate. Peserta membayar sendiri biaya transportasi ke Ternate.

Peserta juga terbiasa dengan dunia tulis-menulis. Entah menulis di blog, makalah, buku harian atau media. Mereka juga terbiasa melakukan riset dan akrab dengan internet. Latar belakang bisa dari berbagai disiplin ilmu, minat atau profesi. Peserta juga lancar membaca naskah dalam bahasa Inggris karena banyak materi kursus dari bahasa Inggris. Peserta juga terbiasa dengan idealisme dalam dunia jurnalisme (tidak membiasakan dirinya dipengaruhi nara sumber dengan uang maupun bentuk lain).

INSTRUKTUR

Linda Christanty wartawan Banda Aceh, pernah bekerja di majalah Pantau (Jakarta). Ia menang beberapa penghargaan antara lain Khatulistiwa Award (2005) untuk kumpulan cerita pendek Kuda Terbang Mario Pinto. Kini ia memimpin sindikasi feature Pantau dari Banda Aceh.

Agus Sopian redaktur pelaksana mingguan Jurnal Indonesia, pernah bekerja untuk majalah Pantau dan harian Bandung Pos, kini juga wakil ketua Yayasan Pantau di Jakarta.

Adnan Amal orang Ternate kelahiran Galela, pensiunan seorang hakim, kini dosen Fakultas Hukum Universitas Khairun di Ternate serta petani di Galela, menulis buku Maluku Utara: Perjalanan Sejarah (2 jilid) bersama Irza Arnyta Djafaar.

Fadriah Syu’aib (Ternate) dan Eva Danayanti (Jakarta) bertanggungjawab terhadap urusan keuangan, seleksi, logistik dan promosi.

SILABUS

HARI PERTAMA SESI PERTAMA DAN KEDUA (4 Juni 2007)
Perkenalan, pembagian dua kelas, pembicaraan silabus dan diskusi soal jurnalisme dasar, isu tentang “objektivitas” wartawan dengan membahas “Sembilan Elemen Jurnalisme” dari Bill Kovach dan Tom Rosenstiel serta membandingkannya dengan praktik jurnalisme di Jakarta a.l. byline, firewall, advertorial. (Agus Sopian, Linda Christanty, Eva Danayanti)

Bacaan: Resensi buku “Sembilan Elemen Jurnalisme” oleh Andreas Harsono (kalau tertarik baca bukunya The Elements of Journalism atau versi Indonesia Sembilan Elemen Jurnalisme karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel)

SESI KETIGA
Bagaimana bikin deskipsi? Peserta akan diminta membaca beberapa deskripsi. Kelas akan dibagi dua. Bagaimana melaporkan pandangan mata? Apakah boleh memakai kata “saya” dalam pandangan mata? Bagaimana dengan objektifitas? (Linda Christanty dan Agus Sopian)

Bacaan: ”Kejarlah Daku Kau Kusekolahkan” karya Alfian Hamzah, ”Panglima, Cuak, dan RBT” dan ”Sebuah Kegilangan di Simpang Kraft” karya Chik Rini, dan ”Orang-orang Di Tiro” karya Linda Christanty.

HARI KEDUA SESI KEEMPAT (5 Juni 2007)
Diskusi tentang prinsip-prinsip dasar dalam melakukan reportase dan wawancara, membedakan mana yang fakta dan mana yang fiksi? (Linda Christanty dan Agus Sopian)

Bacaan: ”Ten Tips For Better Interview” (www.ijnet.org), ”Wawancara, Wartawan, dan Ratu Kecantikan” oleh Esti Wahyuni dan Andreas Harsono

SESI KELIMA
Diskusi soal perang-perang di Maluku. Kini beberapa tahun sudah berlalu, sudah ada peneliti independen menulis soal perang di Maluku. Kita akan melihat bagaimana mereka melihat peperangan tersebut. Gerry van Klinken seorang peneliti KITLV Leiden. (Linda Christanty dan Agus Sopian)

Gerry van Klinken, "The Maluku Wars: Bringing Society Back In," Indonesia 71, (April 2001); 1-26

SESI KEENAM
Bagaimana bersikap independen dari nara sumber? Bagaimana melihat wartawan yang ikut politik? Kelas akan dibagi dua dengan banyak diskusi. (Linda Christanty dan Agus Sopian)

Bacaan:”Independensi Bill Kovach” oleh Andreas Harsono ”Wartawan Atau Politikus” oleh Andreas Harsono

HARI KETIGA SESI KETUJUH (6 Juni 2007)
Diskusi menggali, mengembangkan, dan menajamkan ide laporan, serta menemukan fokus dan angle. Bagaimana cara mencari sudut penulisan? (Linda Christanty)

Bacaan: Silahkan membandingkan beberapa laporan dari buku “Jurnalisme Sastrawi: Antologi Liputan Mendalam dan Memikat.” Contoh-contoh ini memang lebih panjang dari kebanyakan naskah. Namun mereka bisa dipakai sebagai contoh bagaimana mempertajam liputan.

SESI KEDELAPAN
Diskusi soal perang-perang di Maluku. Chris Wilson menekankan sengketa di Maluku Utara berbeda dengan Maluku Selatan. Di Maluku Utara dominan sengketa etnik Kao dan Makian di Malifut. Christopher R. Duncan berpendapat dari studinya di Halmahera, Morotai, Ternate dan Tidore, bahwa sengketa ini sangat rumit, tumpang tindih antara agama, etnik, adat dan selebaran gelap. (Adnan Amal dan Linda Christanty)

Bacaan: Chris Wilson, “The Ethnic Origins of Religious Conflict in North Maluku Province, Indonesia, 1999-2000,” Indonesia 79 (April 2005), 69—91. Christopher R. Duncan, “The Other Maluku: Chronologies of Conflict in North Maluku,” Indonesia 80 (October 2005), 53—80.

SESI KESEMBILAN
Diskusi soal perang-perang di Maluku. Patricia Spyer dari Universitas Leiden mengemukakan thesis bahwa peperangan di Maluku terjadi sebenarnya lebih karena miskomunikasi. Gosip berubah jadi kenyataan. Peranan wartawan berubah dari pembaca informasi jadi penyebar gosip. (Linda Christanty)

Bacaan: Patricia Spyer, "Fire Without Smoke and other phantoms of Ambon's violence," Indonesia 74; 21-36.

HARI KEEMPAT SESI KESEPULUH (7 Juni 2007)
Diskusi bersama Adnan Amal soal peranan media, selebaran gelap, radio komunikasi, telepon dan SMS dalam perang di Maluku Utara. Bagaimana wartawan harus bekerja bila kelak ada peristiwa serupa? (Linda Christanty)

SESI KESEBELAS
Diskusi soal bagaimana menulis yang biking bae di Maluku Utara? Mengapa belum ada penulis atau wartawan Maluku Utara yang menulis analisis panjang soal sengketa 1999-2001 itu? Bagaimana peranan wartawan yang ideal agar sengketa itu tak terulang lagi? (Linda Christanty)

SESI KEDUABELAS
Tanya jawab dan perpisahan (Linda Christanty dan Eva Danayanti)

2 comments:

Anonymous said...

keren...mas ini kunjungan pertama saya.. saya berharap bisa juga menulis kaya mas.. bte saya nggak ada tempat untuk konsultasi masalah tulisan saya... boleh saya minta alamat emailnya?makaseh sebelumnya...

andreasharsono said...

Dear Irfan,

Terima kasih untuk kunjungannya. Email saya adalah aharsono@cbn... Anda bisa lanjutkan sendiri bukan? Sengaja tidak saya tulis lengkap. Kuatir dengan makin banyak spam masuk ke email saya.