Friday, September 21, 2007

Pesan dari Norman di Jakarta


Selama berjalan di Campaina dan Roma, dari ikut pertemuan Euroseas hingga jalan-jalan di Roma, kami tetap berhubungan dengan Norman di Jakarta. Ketika di Napoli dan Nocera, hubungan terutama lewat SMS. Hubungan ini terkadang sulit sekali. Aku duga koneksi antara operator di Jakarta dan Napoli serta Nocera agak kurang lancar.

Norman mengatakan dia rindu aku. Terkadang dia protes mengapa lama sekali? Kami pergi selama hampir dua minggu. Setiap kali pindah kota, aku selalu kirim SMS kepada Norman. Setiap pagi, aku juga cerita apa saja rencana kerja hari itu. Aku juga cerita siapa saja yang aku temui. Ketika masih di Napoli, dimana aku harus presentasi sebuah liputan, Murder at Mile 63, aku juga cerita pada Norman persiapanku. Dia ikut lega ketika aku kasih tahu hasilnya baik. Presentasi itu akan diperbaiki dan bersama empat makalah lain akan masuk jurnal South East Asia Research.

Norman juga cerita perkembangannya di Jakarta. Dari dia terpaksa bolos sekolah karena capek hingga minta dicarikan satu lagi edisi Asterix bahasa Inggris.

"No school, tired, found asterix yet?" (14 September 10:10)

"Paaa i miss u" (15 September 19:06)

"Do you think you could find 'operation getafix?'" (16 September 12:19)

"Asterix Comic Limited" (16 September 12:42)

Sri Maryani, pengasuh Norman, juga kirim SMS, "Pak, selama bp pergi dek norman ud bilang kangen 4 kali ke aku, katanya ak tu ud kangen ma papa." (18 September 12:23)

Norman memang lebih dekat kepadaku daripada kepada ibunya. Dia sempat minta izin pergi ke apartemennya Sabtu lalu guna nonton acara televisi kesukaannya lewat TV kabel. Ibunya tak mengizinkan. Norman jadi kecewa. Ibunya tak langganan TV kabel.

"I miss you, when will you come back? (19 September 12:13)

"Why so long?" (19 September 14:28)

Ketika di Roma, Sapariah menemukan phone point dimana kami bisa bicara telepon jarak jauh. Sapariah dan aku bergantian bicara dengan Norman. Norman menangis ketika pertama kali bicara dengan aku. Dia bilang sudah lama sekali aku pergi. Aku bilang sulit sekali menelepon. SMS sering juga tak masuk.

Kami bicara selama 20 menit pada Kamis 20 September. Norman cerita soal sekolah. Aku dimintanya komentar soal pelajaran sejarah serta protes dia terhadap pemotongan pohon-pohon di daerah Pondok Indah guna pembangunan jalur busway.

Kami lagi melewati masa-masa yang sulit untuk Norman sejak ibunya memindahkan Norman ke Bintaro. Di sisi lain, aku juga sudah setuju sejak Oktober tahun lalu dengan Gerry van Klinken untuk hadir di Napoli pada konferensi Euroseas. Gerry adalah peneliti dari KITLV Leiden yang jadi moderator untuk sebuah panel Euroseas. Aku juga bertemu dengan beberapa penerbit buku untuk bicara soal kemungkinan mereka menilai draft buku aku.

Aku bermimpi beberapa kali soal Norman. Aku sangat merindukannya.

1 comment:

Pojok Hablay said...

Membacanya membuat aku rindu ayahku sendiri, Mas. Ditunggu cerita-cerita perjalanannnya.